Penyakit LSD Meluas, Dislutkanak Batang Gencarkan Penanganan Intensif

BATANG, Lingkarjateng.id – Penyakit LSD (Lumpy Skin Disease) pada hewan ternak menjadi permasalahan serius bagi para peternak. Untuk itu, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Batang melakukan sistem jemput bola untuk penanganan intensif penyakit LSD.

Kepala Dinas Kelautan, Perikanan, dan Peternakan (Dislutkanak) Kabupaten Batang, Windu Suriadji, mengatakan bahwa penyakit kulit berbenjol pada hewan ternak kini sudah mewabah di daerah itu sehingga perlu penanganan secara cepat.

“Penularan penyakit itu memang cukup cepat. Kasus penyakit LSD ini penyebarannya melalui vektor (perantara) seperti nyamuk, lalat dan jarum suntik, berbeda dengan kasus penyakit mulut dan kuku pada ternak,” jelasnya.

Ia yang didampingi mantri ternak Widodo mengatakan penyakit LSD  bukan merupakan penyakit zoonosis sehingga tidak menular pada manusia.

Adapun kriteria ternak sapi yang mengalami penyakit LSD, di antaranya terjadi kerusakan pada kulit hewan dan munculnya banyak benjolan pada kulit hewan dan pembengkakan pada kaki sapi. Sedangkan, dampak secara fisik ternak yang terserang LSD yakni kondisi tubuh sapi yang semakin kurus karena virus menggerogoti protein dalam tubuh sapi.

“Masa inkubasi penyakit akibat virus LSD pada inangnya sekitar 28 hari, lebih lama dari penyakit mulut dan kuku yaitu selama 14 hari,” tambahnya.

Pengobatan secara berkelanjutan akan dilakukan pada hewan ternak yang positif LSD hingga kondisi ternak membaik. Sementara, pengobatan yang diberikan pada sapi akan disesuaikan dengan gejala yang timbul pada hewan ternak.

“Pengobatan diberikan sebanyak tiga kali hingga sembuh. Peternak juga harus menjaga kebersihan kandang, hindari ternak kontak langsung dengan lalat karena pembawa virus,” tuturnya. (Lingkar Network | Anta – Lingkarjateng.id)